Thursday 4 September 2014

Milea udah senyum?

Milea, dia bukanlah Mileaku 1990. Jika Pidi Baiq menuliskan Dilan, Dia adalah Dilanku 1990. Maka Yudhi "Belum" Baik ingin bercerita tentang Milea dijaman milenium. Yahhh... Milea, dia adalah Mileaku 2014. (Terimakasih om Pidi Baiq)
Belum sempat ku hirup kebingungan kota Jogja, raung keindahan kini datang tanpa ku undang. Hehehe dasar aneh.... Pertama aku dikenalkan dengan keistimewaan satu kota bernama Yogyakarta, ketika itu kalender bilang sih itu tahun 2010. Yaaahh, 4 tahun yang lalu aku tertunduk hormat dibawah naungan satu "matahari" di kota pelajar. Ibu bapak membekali sedikit keberanian untuk melangkah mendekati peradaban, setelah bertahun-tahun diam duduk dan termenung dalam peradaban lawas. 
Entahlah.... apakah Jogja menyesal menerima kehadiranku, aku tidak paham itu, yang pasti ku yakin ada beberapa makhluk yang berstatus sama sepertiku yang tersenyum melihat kehadiranku, ibu kost misalnya yang senyum karena menemukan anak kost yang -belum- baik dan polos. Ehhhh.... tambah lebar senyumnya ketika ku serahkan uang sewa kamar. Alhamdulillaaaaah.....Loohhh dunia tidak memintaku untuk menceritakan itu lebih jauh, meskipun banyak hal menarik yang ingin ku bagikan tentang ibu Kost ku. haha..... 
Milea... aku mengenal namanya lewat Novel "DILAN, dia adalah Dilanku 1990" tapi aku sudah melihat wajahnya ditahun 2010, yaaahh begitulah Dunia yang tega menyiksaku menahan rindu pada orang yang belum ku kenal, looohhhhh kok bisa??? Tau ah gelap haha 
English for Tourism adalah matakuliah titipan Kampus yang diutus memperkenalkanku padanya dan Eyang Nuri adalah makhluk ciptaan Allah yang terindah karena telah memanggil namanya di presensi sehingga ketika itu aku tau namanya KH2. Namanya indah..... ada kuadratnya.... tapi kini aku lebih suka memanggilnya Milea.

***
Hai Milea, sudah senyum?hehehe.... dunia remaja sekarang pertanyaannya terlalu biasa menurutku. "sudah makan? mandinya? hmmmm lagi ngapain emangnya?" flat seperti meja bilyard... hmmmm mending flat tapi luas kayak lapangan bola, kan bisa guling guling. hahaha..... 
Tak terasa, anggap saja sekarang tahun 2011, modus untuk laki-laki romantis sepertiku ternyata berlaku juga. Entah siapa yang memulai, aku dan Milea ketika itu saling berbalas pesan singkat. Yang lain beralih ke BBM, aku masih asyik dengan SMS.... maklum BBM sering langka, loooohhhh.... hehe yaaahhh ketika itu HP Nok*a 5300 masih ku genggam erat. Sebetulnya bukan nggak mampu beli yang baru sih, hanya kata saja ibu bilang belum punya uang buat ganti HP baru. Huruf demi huruf, kata demi kata kalimat demi kalimat hingga menjadi paragraf, kami saling berbalas. Terus terang aku bingung, sihir apa yang membuat aku suka padanya, padahal dia nggak cantik, hanya mempesona, dia nggak pinter, hanya cerdas, lalu belakangan ini ku tau dia wanita yang kuat. Aku yang dulu mengaku pujangga terus saja bergelut dengan gombal -gembel-ku. sampai pada satu saat ku ajak dia bersepeda,
"hai.... nyepeda yuk, mau nggak" yaaah.... maklum nggak punya kendaraan, jadi Jogging saat itu lagi nge-trend dikalangan olahragawan cinta.
"hehe males... capek. aku juga banyak acara dikampus" ku tau ketika itu dia adalah bagian dari salah satu organisasi intra-kampus.
"ooohhh...." aku kehabisan kata-kata
"tapi boleh juga.... kamu lari,, aku pake sepeda, gimana?" aku nggak tau itu beranda atau bukan. 
benar saja,... berselang beberapa detik, sms baru diterima
"hehehe becanda ih... kasian kamu capek nanti, kapan kapan lah ya"  benar saja... si becanda memang panjang umur, baru dibilangin dia udah dateng. Makanya si "becanda" nggak mati mati sampe sekarang, sampai sampai negeri ini juga jadi bahan candaan.

Dari percakapan itu, aku mendapat beberapa cambukan, salah satunya cambukan karena rasa malu setelah mengetahui bahwa ia aktifis jurusanku, sementara aku? aktifis juga sih.... iya... ketika itu aku mengepalai sebuah lembaga yang bernama Jomblo Terhormat (lihat pekerjaan di profil facebook-ku). Bagaimana tidak, meskipun tidak memiliki pacar, tapi gebetan dimana-mana. Kayak ganteng aja. mau bilang kePeDean? terserah... setidaknya ku yakin ibu sering bilang aku ganteng semasa kecil. hehhe... Naah dari percakapan itu muncul semangat baru dan konsep baru dalam berpikir. Setidaknya aku mau mendandani hari hariku selayaknya mahasiswa beneran, bukan mahasiswa 3K (Kampus, Kantin & Kost). Seketika terlintas dalam pikiranku untuk mencari jalan mendekatinya lewat gaya ala mahasiswa. Ketika itu aku bergabung dalam sebuah komunitas seni. 
Dua tahun berjalan, hingga dalam detik keberapa, aku lupa tiba tiba namanya hadir setelah beberapa saat redup di hidupku. Oh iya.... Angin sempat menghembuskan berita tak sedap diterima telinga. Ketika kesenjangan bergelantungan antara kami, ia ternyata dekat dengan seseorang. Tak perlu kusebutkan namanya karena dia bukan tandingan apalagi sainganku. Aku yang ketika itu acak-acakan --sekarang juga masih-- sangat minder ketika mendengar namanya. Hingga satu waktu, seperti biasanya entah detik keberapa aku lupa, ku beranikan untuk mencari tau tentangnya.
***
Entah kebetulan atau tidak, 2014 menjemput warna kalender baru, warna kehidupan baru, dan warna almamater baru (lulus kuliah). Ketika itu P3K mengirimkan 4 orang temannya Milea untuk berproses bersamaku dalam  Praktikum. Seperti biasa, aku lupa detik keberapa dalam hari dan tanggal berapa aku menjadi salah satu laki-laki dalam Team itu. Dengan sangat terpaksa dunia memintaku untuk menjadi ketua setelah PPL dan KKN menempati kursi yang sama. Sehingga adalah satu keharusan buatku untuk mendekatkan diri pada mereka, begitulah teori minoritas yang berlaku. 
Suatu hari naluri kelelakianku ditantang ketika mendengar keempat temanku dan temannya itu berbincang tentang satu nama yang membuatku pusing, stress tapi meningkatkan keingintahuan. Yaaaahhh... ku tau ketika itu dia sedang menjadi ketua disalah satu komunitas. 
Ahhh sudah laah.... aku mau kerja dulu.,......... hehehe Milea udah senyum??

Pigura