Sunday 24 April 2016

Meraung: Syairku Menghilang

Hingga pada saatnya kau akan Berpisah. Jangan pernah menyalahkan Pertemuan sebab keduanya tidak saling mengetahui.

Oleh: Haiyudi


dibawah kaki malam aku tersimpuh
meraung kesepian
aku pertamakalinya kehilangan, kau
syairku

peranku dalam lakon gila
panggung ini memalukanku
daku lupa dialog, peran serta adegan

kupanggil namamu berulangkali
yang kudapati hanyalah tubuh menggigil
seroja ku semai seakan penuh duri
dalam melukai, lekat menghantui dan
berdarah menyisakkan perih

malam (sahabatku), engkau kini kejam,
kau kirimkan angin seuling kematian untuk jiwaku
kanfas-kanfas beraroma menyan
serta keindahan kamboja seakan meraung

menjauhlah
usah kau menggoda apalagi seakan merayuku
tak kuat ku melihat nisan bertulis nama, syairku
ahhhhh....

dibawah kaki langit aku hanya memeluk lutut
kurus kering seakan tanpa daging
yang ku makan hanya kenangan
haus lapar bagaikan mitos ternama dalam asmara
begitulah aku, kini dianggap gila oleh dunia

sekali lagi ku serukan namamu, engkaaaaaauuuuu
kembalikan kafilah-kafilah malam ku
usah kau curi apalagi kau campakkan
engkaaaaaau tolong kembalikan syairku

seranting pena ku patahkan,
berharap tinta yang menetes mengapa getah
nan beracun pula
selembar kertas ku harapkan
mengapa kau serahkan kapas?

kemana gurindamku? Sirnakah syairku?
duhai jiwa-jiwa malam
pastikan ia ada.

Th. 24/25 April 2016
*Hyd

Pigura