Wednesday 8 June 2016

Delima (Sambut Aku Datang Dengan Senandung Lagu Melayu)

Buah Delima (google.com)

Pernah mendengar kata Delima? Delima merupakan nama buah-buahan yang tidak begitu menarik bila di lihat dari luar. Namun, delima lebih menarik di bila di lihat setelah di belah. Buahnya berkilauan bak berlian, batu permata, bahkan di sebagian daerah ada yang menamakan batu dengan "Permata Delima". Permata delima cukup jelas untuk menggambarkan betapa cantiknya buah ini. Lalu ada apa dengan kisah hidup bocah kecil di Padang Keladi? Apa hubungan bocah itu dengan delima?

Tahun 1997an merupakan jarak lampau kisah hidup seorang anak kecil di dusun Padang Keladi. Sebab kini ia sudah beranjak dewasa. Beruntun kisah kehidupan yang ia timba. Ada pahit, manis, asam bahkan sangat kecut. Diantara sejuta seribu seratus kenangan itu, terselip satu kisah tentang delima. 

Perlu diketahui bahwa selain nama buah (delima). delima juga merupakan nama makanan (dalam beberapa daerah) yang berbentuk bubur manis. Warnanya tidak ubah biji buah delima, sebab itu pula disebut bubur delima. 

Anak kecil, sebut saja namanya Sjahroel merupakan anak yang manja di kalangan keluarga. Ia merupakan anak tunggal di tahun itu, sebab belum memiliki adik. Usianya berkisar 5 tahun (kelahiran 1992). Sejak kecil ia sudah bergelut dengan radio, saluran tetap baginya adalah saluran dangdut Republik Indonesia. Meskipun berada di tempat terdalam,namun saluran Radio sudah masuk dan sangat terang suaranya. Saat itu hanya ada dua saluran yang dapat dijangkau oleh radio di tempatnya, pastinya adalah RRI. Untuk anak seusia 5 tahun, adalah satu kehebatan apabila memiliki banyak kepandaian. Dan Sjahroel sudah pandai mencari saluran dangdut tanpa dibimbing orang tua. Itu adalah prestasi terbaik yang pernah ia capai di usia 5 tahun.

"Delima..... Abang Pulaaaaang"
"Alahmak, abang pulang tuh, Mak"

Intro dari lagu dangdut yang berjudul delima menjadi sebuah dilema bagi ibunya. Sebagai orang melayu, mereka sangat menyukai lagu ini, bahkan konon kabarnya lagu delima ini menjadi lagu-lagu yang ditunggu-tunggu oleh orang sekampung. Tidak lain, lagu ini merupakan lagu yang menceritakan kerinduan seoarang bujang melayu perantau. Hayati saya liriknya di bawah ini 

"Tanam tebu di tanam
tanam di tanah delhi
rinduku siang dan malam
padamu kekasih

Burung tebang melayang
terbangnya dari Jawa
hatiku cemas dan bimbang
takut tak berjumpa"

Ah, sudah, jangan dilanjutkan kisah kerinduannya dulu, Sebab bagi Sjahroel kisah di balik lagu ini bukan makna yang terkandung.

"Maaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak, lagu delima"

Saat itu pula ibunya sibuk mencari peralatan dan bahan membuat bubur delima. Tanpa ia mengatakan bahwa ia mau bubur delima ibunya sudah memahami "teriakan" itu. Berlalunya waktu ia semakin intim dengan lagu delima. Sekali lagi bukan tentang liriknya yang menusuk dalam relung perantau Melayu. 

Kini, 2016 merupakan hari dan tahun ke sekian Sjahroel di tanah rantau. Tentulah jauh dari keluarga, dan tidak bisa berteriak meminta ibunya membuatkan bubur delima. Dalam sisi yang berbeda ia juga sudah memahami makna Delima hari ini, bukan teriakan apalagi semangkuk bubur delima. Sjahroel kini menikmati lirik lagu Delima itu dengan seksama. 

"Delimaaaa oh delima,
sambut aku datang
dengan senandung lagu Melayu"

Kerinduan dalam lirik di atas ternyata tidak sepahit lirik selanjutnya.

"Delimaaaa oh delima
aku tak menyangka
kiranya dirimu telah berdua"

"Sirih banyak daunnya
hidup numpang di batang
kekasihku tercinta, jadi milik orang"

#Ini kan kisah gadis bernama Delima, kisah kita tidak begini, kan? Kau sanggup menunggu kan? 

https://www.youtube.com/watch?v=x0yCOB5TZ_U

Pigura