Friday 22 July 2016

Kematian Aksara

http://www.cogmed.com/


Rattaphum, 22 Juli 2016

Sebelum menulis
aksaraku tidak karuan
untuk sekali ini, daku rindu pangkuan ibu
=============================

Atas nama malam khilafku merajalela
kafilah-kafilah malam ku cemburu
gurindamku me-layu

pertama kali kurasakan
darah mu banjir di otakku
mengalir ke ulu hati
lalu tumpah perih
di ujung jari perdamaian
menepik berdarah
kalaku memetik mawar

ku saksikan setiap tetesan
dengan senyuman
sekali lagi dengan senyuman
tersenyum melebar bak peti mati

sayup-sayup ku dengar
dewi fortuna berbisik
"belajarlah mencintai tanpa menyakiti"

#hyd
#th.22 Juli 2016

Serupa Sajak Rendra: Kangen

http://reenapple.blogspot.com/


aku terasingkan kisah
yang ku tulis sendiri
kanvas-kanvas malam ku terbang
meninggalkan bumi
menuju satu kenangan
hilang terbawa angin
masa silam

aku gelagapan
menelusuri ruang hitam
angin menusuk tulang belulang
aku gelugutan kedinginan
bibirku gemetar
hendak berucap sejuta rindu
tangan dan kaki bergetar
hendak merangkul kasih dulu
kepada siapa ku mengadu?
sementara bulan sedang di goda sejuta bintang

ai.... mak jang....!!!
Indah, senyum mu melebar
serupa purnama kelima belas
bulan ke tujuh
tahun dua ribu enam belas

duh.....
baru saja ku sadar, tinta itu kejam
kisah ini tajam bak belati
atau?
serupa sajak Rendra, Kangen?


#hyd
Th. 22 Juli 2016

Wednesday 20 July 2016

LEGENDARIS

Masa silam tak akan pernah benar-benar hilang. Percayalah ia sudah memiliki ruang tersendiri. Semakin kuat kau memintanya pergi, dekapannya semakin dalam di hati, merengguh jiwa sunyimu tatkala sendiri. Namun cobalah berdamai dengan hati, siapa tahu kelak kau dapat bercanda sembari menikmat kopi. Hanya bedanya, kau sudah beristri, sedang ia sudah bersuami. Sejarah kan mencatat bahwa kalian pernah bermimpi melihat purnama dari bingkai jendela yang sama. Namun, biarkan itu menjadi legenda. Selamat malam, legendaris :-)

Dok. Pribadi (Ayuttaya, Thailand, Desember 2015)

Masa Silam
Oleh: Hyd

Aku seperti jatuh dalam lubangku sendiri
dalam lembah rindu masa silam
yang ku gali tanpa ku sadari
terhuyung angin diiringi seruling 
dalam sekali menusuk hingga tulang
aku rapuh rayuan ilalang untuk satu kenangan

Tertawa merajalela
Rindu yang melegenda
serupa bait puisi Rendra
ataukah a red, red rose Robert Burn?
Entahlah

sang legendaris cinta datang
membuka jendela masa silam
membelai lembut kenanganku 
serupa angin malam ini, membawaku
sejuta bintang canda tawa
seakan tertidur lendut di matanya

serupa satu wajah kekasih 
tersenyum atas nama purnama
terlelap syahdu di raut wajahnya
Sekali lagi ku panggil namanya
Cinta, aku rindu...

Mendekati tengah malam ini
aku msih tersenyum sendiri
lalu engkau, cinta...
lelaplah bersama sejuta puisiku dahulu

untuk bait terakhir
adakah puisiku yang lebih romantis
daripada do'a kepada-Nya untukmu yang satu?


Ditulis di
Songkhla, Thailand
20 Juli 2016
#hyd

Monday 18 July 2016

Kemana Syair-ku?



Oleh: Haiyudi

di bawah kaki malam aku tersimpuh
meraung kesepian
aku pertamakalinya kehilangan, kau
syairku
peranku dalam lakon gila
panggung ini memalukanku
daku lupa dialog, peran serta adegan
kupanggil namamu berulangkali
yang kudapati hanyalah tubuh menggigil
kaki dan bibir bergetar

seroja ku semai seakan penuh duri
dalam melukai, lekat menghantui dan
berdarah menyisakkan perih,
membunuh senja di tepi pesisir 
malam (sahabatku), engkau kini kejam,
kau kirimkan angin seuling kematian untuk jiwaku
kanfas-kanfas beraroma menyan
serta keindahan kamboja seakan meraung
menjauhlah
usah kau menggoda apalagi seakan merayuku
tak kuat ku melihat nisan bertulis nama, syairku
ahhhhh….
dibawah kaki langit aku hanya memeluk lutut
kurus kering seakan tanpa daging
yang ku makan hanya kenangan
haus lapar bagaikan mitos ternama dalam asmara
begitulah aku, kini dianggap gila oleh dunia
sekali lagi ku serukan namamu, engkaaaaaauuuuu
kembalikan kafilah-kafilah malam ku
usah kau curi apalagi kau campakkan
engkaaaaaau tolong kembalikan syairku
seranting pena ku patahkan,
berharap tinta yang menetes mengapa getah
nan beracun pula
selembar kertas ku harapkan
mengapa kau serahkan kapas?
kemana gurindamku? Sirnakah syairku?
duhai jiwa-jiwa malam
pastikan ia ada.
Th. 24/25 April 2016
*Hyd

Pigura