Showing posts with label Pantai. Show all posts
Showing posts with label Pantai. Show all posts

Sunday, 7 August 2016

Rindu Itu Karya Tuhan

http://artimimpi-az.com/
Dari manakah rindu ini datang?
padahal raut wajahmu tak ku kenang
ohhh......
daku lupa, laut dan pantai adalah karya Tuhan
mengirim angin penanda bahwa
kau tak kan lekang, semakin lama
semakin memutih bak pasir diantaranya.



Wednesday, 3 August 2016

SABDA ALAM UNTUK INDONESIA

http://www.sbs.com.au/
senyumlah walau itu palsu 
bangkitlah walau tak selalu tegak 
bersenandunglah walau tak bernada 
tertawa, walau sebenarnya kita menangis 
Indonesiaku..... 
megah namun telah musnah 
yang tersisa hanya debu-debu kedustaan 
Indonesiaku... 
indah tapi kini telah sirna 
yang tampak hanya puing-puing kesedihan 
ketika nyanyian alam terdengar 
dengarkanlah!
ketika bumi mulai bergetar 
kasakanlah!
ketika butiran nyawa tak lagi berharga 
lihatlah!
pulau yang asri kini penuh noda 
penguasa yang jujur tak lagi ada 
nyanyian rakyat seakan percuma 
maka ketahuilah 
sabda alam 
itulah dia

Ditulis ulang:
Thailand, 2016
Hyd

Sajak Untuk Wanita

http://www.palingyess.com/
Dari tulang rusuk lah kau diciptakan
bukan kepala
sebagai atasan
pun bukan kaki
untuk direndahkan
melainkan dari satu sisi
untuk dijadikan pendamping

Dekat dengan tangan
untuk dilindungi
Pula dekat dengan hati
untuk dicintai

Ditulis ulang
oleh: Hyd

(Tak) Serupa Gugur Bunga

https://www.google.co.th
rindu ini tak serupa gugur bunga
yang jatuh seribu dalam satu masa
kadang di puja pujangga
kadang pula dilupakan pena-nya
hanya musim yang setia menantinya
Juwita....
rinduku jatuh berlahan satu persatu 
lalu ku titip ke tangan Tuhan
namun,
musimnya masih sama, kan :-) ?

Ruang Atas,
th, 2016

Hyd

Monday, 1 August 2016

Surat Untuk Rembulan

mhdfaisal.files.wordpress.com

Suatu sore, di satu desa
aku, berlari mendekati lampu jalanan yang terang di tengah senja. Bergegas mencari penerangan saat mendung telah tiba. Rembulan malam lah yang ku temukan di antara gemerlap sinar pelita jalanan. Terang menyinari, indah mewarnai. 
Namun waktu tak berpihak padaku. Begitu jahat sang awan merenggut kehadirannya. Ia hilang, jauh dan pergi, selanjutnya lenyap dan tak kembali. 
Oh,...... rupanya musim telah berganti.
Musim penghujan tiba, 
Siang dan tak peduli malam, ia (hujan) terus saja membasahi bumi. Saat itu aku sadar bahwa aku bagaikan pemburu liar yang tak mengerti batasan, yang tak mengerti aturan. Bagaimana tidak, hanya akulah satu-satunya penikmat malam yang mencari rembulan di dalam hujan dan petir. 
Ah.... lupakan saja rembulan, barangkali ada bintang-bintang, gumamku sembari senyum.
Untukmu rembulan; Mati besok setelah mengenalmu adalah kebanggaan bagiku, dibandingkan aku hidup abadi di dunia ini namun tanpa mengenalmu. Ah lebaynya aku....
Ku minta, henyahlah kau rembulan hingga musim berakhir. Sekiranya musim telah berganti, datanglah! aku ingin menyaksikan kau bersinar seperti semula. Menerangi setiap pojok belahan bumi. 
Yah.. datanglah lagi ke peraduanmu. Bertenggerlah di ranting, agar bisa ku saksikan lewat jendela kamarku.
Sebab, bila saatnya aku jatuh cinta sama satu bintang, ku ingin melihat kau (rembulan) kembali purnama. 

Thailand, Agustus 2016 
Ditulis oleh:
Hyd



Sunday, 31 July 2016

Ranjang Bambu

Ranjang Bambu

Malam ini aku tidak bisa menulis
rembulan tak ada
bintang hangus
malam pekat
sunyi menggeliat
lantas?
dimana ku temukan sajak sajakku?

sampai pada akhirnya,
biru pena ini tak lagi berguna
enyah, sirna, hilang dan lenyap
ku buang jauh serupa angin masa silam
lantas?
kepada siapa aku mengadu (h)?

malam ini,
adalah dinding yang paling mulia
disimpannya cerita lebam wajahku karena mu.
adalah pelita yang paling tercinta
diserapkannya cahaya mata ku nan berkaca
adalah ranjang bambu yang ku sayang
dirahasiakannya ratapan rindu "korang"

Thailand, The end of July, 2016
@Ranjang Bambu


#hyd

Saturday, 30 July 2016

Bukan Pulang: Terkisahnya Ayah, Ibu dan Senja

Dok. Pribadi (Thailand, 2016)
Hanyut aku dalam senyuman senja sore ini
berpangku tangan membiarkan serta meninggalkan
roda-roda ini kian membawaku pergi menuju rumah
meninggalkan mentari, serupa sejuta wajah bidadari
ku kira ini perjalanan pulang,
menuju rumah yang ada serulingnya
serta gendang berirama satu dua dan tiga
sampai rupanya senja kian menghilang
dan aku hanya tiba di setapak persimpangan
inikah pulang?
lalu kuratapi lagi kepergiannya yang tak membekas
seiring bias langit biru yang sirna dalam hitam
aku sepi semakin menjadi-jadi
mati dalam sejuta kata tak senada, aku sendiri
inikah setengah mati?
Sekali lagi,
ku kira ini perjalanan pulang,
menuju rumah bertiang kayu nyire
kudatangi, pun daku tak jua sampai
diatas sana, di langit hitam
rembulan berkedip dalam bingkai jendela
serempak gerimis menetesi kaca (ini)
dia bisikkan padaku

"Pulang bukan meninggalkan (senja), pun
Pulang adalah menuju rumah yang ada
kecut keringat ayah
serta angin nasihat ibu"

bila tidak, selamaanya perjalananmu bernama pergi
sekali lagi, ini hanya perjalanan biasa
--bukan pulang--

Th, 30 Juli 2016
Bus Satun-Hatyai,

#hyd

Friday, 29 July 2016

Hapus Tanda Tanya (?) Sajak Ini

Doc.Pribadi (Thailand, 2015)
Bahkan ketika angin menderu saja aku tidak terbangun, 
padahal aku tidur di ayunan, ditepi pantai, dekat dengan laut. 
nyaman sekali
sesaat kemudian aku mengaduh
rupanya bukan angin yang membangunkan ku, 
adalah sentuhan pasir yang kecil, 
yang ku datangi tanpa aku sadari. Ya aku terjatuh lalu terbangun. 
Ah.... angin ataukah pasir yang membuatku bangun? 
Aku terduduk, gemuruh ombak petang hari membuatku lena 
lentera alam melengkung indah membentuk senja 
sampan nelayan satu dan dua menjauh, kupangku kedua tangan.
Ah.... nelayan ataukah senja yang membuatku tertegun?
lalu malam mulai berbintang, cahayanya serupa lampu jalanan kota, 
bulan berdandan mempercantik dirinya sendiri 
menghadirkan senyum, sesekali meliuk-liuk dibawah awan hitam
Ah.... bintang ataukau rembulan yang membuatku tersenyum?
aku masih di tempat yang sama, tepi pantai itu
lonceng memintaku berjalan
menuju setapak jalan di persimpangan
langkah kecil ku ayunkan
sesekali ku tengok lautan hitam dan gelap itu
aku tersentak
kupejamkan mata, 
lalu ku buka
semakin tersentak
semua kata-kata ku disitu, hidup akur dan merdeka
bait-bait gurindamku menyala serupa cahaya
bak setiap kata adalah do'a, begitu kata pepatah
sedangkan namamu terselip dalam sajak-sajak ku, hidup, tumbuh dan mengakar
hapus semua "tanda tanya" sajakku (?)

terkisahnya sajak antara aku, kau, pantai dan malam.

Th, 29/30 Juli 2016
Hyd


Pigura