Monday 1 August 2016

Surat Untuk Rembulan

mhdfaisal.files.wordpress.com

Suatu sore, di satu desa
aku, berlari mendekati lampu jalanan yang terang di tengah senja. Bergegas mencari penerangan saat mendung telah tiba. Rembulan malam lah yang ku temukan di antara gemerlap sinar pelita jalanan. Terang menyinari, indah mewarnai. 
Namun waktu tak berpihak padaku. Begitu jahat sang awan merenggut kehadirannya. Ia hilang, jauh dan pergi, selanjutnya lenyap dan tak kembali. 
Oh,...... rupanya musim telah berganti.
Musim penghujan tiba, 
Siang dan tak peduli malam, ia (hujan) terus saja membasahi bumi. Saat itu aku sadar bahwa aku bagaikan pemburu liar yang tak mengerti batasan, yang tak mengerti aturan. Bagaimana tidak, hanya akulah satu-satunya penikmat malam yang mencari rembulan di dalam hujan dan petir. 
Ah.... lupakan saja rembulan, barangkali ada bintang-bintang, gumamku sembari senyum.
Untukmu rembulan; Mati besok setelah mengenalmu adalah kebanggaan bagiku, dibandingkan aku hidup abadi di dunia ini namun tanpa mengenalmu. Ah lebaynya aku....
Ku minta, henyahlah kau rembulan hingga musim berakhir. Sekiranya musim telah berganti, datanglah! aku ingin menyaksikan kau bersinar seperti semula. Menerangi setiap pojok belahan bumi. 
Yah.. datanglah lagi ke peraduanmu. Bertenggerlah di ranting, agar bisa ku saksikan lewat jendela kamarku.
Sebab, bila saatnya aku jatuh cinta sama satu bintang, ku ingin melihat kau (rembulan) kembali purnama. 

Thailand, Agustus 2016 
Ditulis oleh:
Hyd



No comments:

Post a Comment

Pigura