Wednesday 17 August 2016

Aku dan 17 Agustusan

Dok. Pribadi,
Pengibaran Bendera Merah Putih di KRI Songkhla, Thailand, 17 Agustus 2016
Kemaren, 17 Agustus 2016 saya menjalankan kewajiban saya sebagai Warga Negara Indonesia. Saya terkejut melihat antusiasme kawan-kawan yang ada. Mereka datang dengan berbagai corak batik di badannya. Ada yang lipatan tokonya masih kentara, ada pula yang ada aroma setrika dan pewangi, dan lain-lain. Sementara saya hanya memakai batik hijau sekitar 3 tahun yang lalu, ah kasihan sekali. Tapi bukan itu yang mau saya ceritakan.

Lupakan perihal batik yang "saya" pakai.

Aku adalah anak kampung yang tersesat ke negeri orang. Menjalani pengabdian meskipun bukan di negeri sendiri. Sejak tahun 2015 silam diri ini sudah dididik untuk menghargai tanah air. Sebab kaki ini sudah tidak berpijak di tanah pertiwi. Sejak itu, baru aku sadar kalau keberadaan itu akan terasa setelah ketiadaan. Kerinduan akan tanah air semakin membuat hati ini membuncah-buncah.

Sekitar seratus lebih kami berjejer untuk sejenak tertunduk dibawah sang merah putih. Kadang menunduk kadang tegak, tergantung perintah dan aba-aba dari pemimpin upacara. Masing-masing dari kami ada yang serius, ada yang terharu dan juga ada yang "cengengesan". Ketika aba-aba hormat kepada Pembina upacara diberikan oleh pemimpin upacara, semuai menundukkan kepala, kecuali aku. Aku dengan tegaknya mengangkat tangan dan kemudian diletakkan dikening (harusnya diujung alis, kalau tidak salah). Ketika pemimpin upacara meminta untuk hormat kepada sang merah putih, saya menundukkan kepala, namun peserta upacara mengangkat tangan didepan kening.

Cukup sekian, setelah itu kami berfoto bersama, lalu makan dan saya tutup kalimat pertemuan kami saat itu "Sudah 4 tahun saya tidak ikut upacara" Ucapku dengan senyum lebar selebar Merah Putih yang berkibar di langit biru. hati ini senang bukan main.


Pigura