Suatu pagi, matahari mengintip mesra dibalik bukit Pilar. Kicauan pentis dan perling bersaut riang menghiasi dedaun hijau ditepi jalanan sepanjang Padang Penuduk.
Siul ria serta obrolan semalam (nyolong mempelam) menjadi penanda bahwa
burung-burung tak sendiri, ada enam anak manusia berstatus layaknya Little Krisna.
6 orang siswa SMP Negeri 1 Lepong (Kini menjadi SMPN 2 Pongok) yang
selama ini dikenal kuat dalam menggenjot pedal sepeda onthel, layaknya
Krisna yang kuat membela Prindapan. Kekuatan tanpa tanding, semangat
tanpa ujung serta tekad tanpa sekat meskipun kadang tak mufakad. Namun
tiba-tiba kini lemas tak berdaya bagaikan tidak makan seminggu. Lemas
kali ini ternyata bukan karena kami tidak makan, namun karena satu
godaan.
Wanita? Sepertinya bukan, karena kami belum mengenal
wanita terlalu dalam. Uang ataupun Harta? Bukan juga. Karena hari-hari
kami berangkat kesekolah tanpa uangpun sepertinya merupakan hal yang
biasa, sehingga menghasilkan hutang (rimba) diwarung Yuk Sun
(diketahui setelah lulus sekolah). Tahta? Sepertinya apalagi ini, kami
belum terinfeksi oleh pemberitaan terkini yang memanfaatkan tahta
sebagai lahan penghasilan bahkan mencari bonus diatas rata-rata.
Yaaahhhh Punai.... Punai kali ini berhasil membalikkan
arah sepeda kami. Semula menuju sekolah, kini berbalik dengan rapi
bagaikan barisan ketika upacara bendera. Menuju rumah? iya... namun
setelah itu pergi ke hutan rimba untuk mencari Tangkun dan kawanan penggoda iman (Punai).
Punai
memang menjadi idola para anak muda dan remaja setempat. Bukan wanita,
harta apalagi tahta, punai hanyalah nama burung yang tidak ditemukan
dihutan bagian Jakarta apalagi Jogja. :-)
------Dikutip dari Novel "Jagoan Padang Keladi", Karya Yudhi Doank.
Didedikasikan untuk Padang Keladi dan kelima sahabat masa SMP (Mario, Ranu, Candra, Eko & Sunyoto) Yang kini sebagian dari kami entah dimana.
No comments:
Post a Comment