Birrul Walidain
Oleh : Haiyudi, dkk
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Seiring dengan
perkembangan zaman yang makin maju banyak kita temukan orang-orang yang
memasukkan orang tua mereka ke panti jompo. Mereka beralasan tidak memiliki
banyak waktu untuk merawat kedua orang tua mereka, selain itu mereka
beranggapan dengan memasukkan orang tua mereka ke panti jompo, orang tua mereka
akan merasa senang dan dapat dirawat dengan baik. Namun tanpa mereka sadari
tindakan semacam ini telah menghilangkan kewajiban mereka sebagai seorang anak.
Untuk itu ditengah perkembangan zaman sekarang ini kita perlu meningkatkan
kesadaran terhadap tugas yang seharusnya kita lakukan terhadap kedua orang tua
kita, yaitu bagaimana layaknya akhlaq seorang anak kepada kedua orang tuanya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Birrul Walidain?
2.
Apa saja hukum-hukum yang berkaitan dengan Birrul Walidain?
3.
Kedudukan Birrul Walidain.
4.
Bentuk-bentuk Birrul Walidain.
5.
Keutamaan Birrul Walidain.
C.
Tujuan
Dengan
membahas makalah ini kita dapat mengetahui maksud dari Birrul Walidain, dan
hukum-hukum, kedudukan, serta bentuk dari Birrul Walidain.
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
Pengertian birrul walidain
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa ‘Abdullah ibn mas’ud, seorang sahabat nabi bertanya kepada Rosulullah SAW tentang amalan apa yang disukai oleh Allah SWT, beliau menyebutkan : Pertama, sholat tepat pada waktunya, kedua birrul walidain dan ketiga, jihad fi sabilillah.
Birrul walidain terdiri dari kata “birru” dan “al-walidain”. Birru atau al-birru artinya kebajikan. Al-walidain artinya kedua orang tua atau ibu bapak. Jadi birrul walidain adalah berbuat kebajikan kepada kedua orang tua atau ibu bapak
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa ‘Abdullah ibn mas’ud, seorang sahabat nabi bertanya kepada Rosulullah SAW tentang amalan apa yang disukai oleh Allah SWT, beliau menyebutkan : Pertama, sholat tepat pada waktunya, kedua birrul walidain dan ketiga, jihad fi sabilillah.
Birrul walidain terdiri dari kata “birru” dan “al-walidain”. Birru atau al-birru artinya kebajikan. Al-walidain artinya kedua orang tua atau ibu bapak. Jadi birrul walidain adalah berbuat kebajikan kepada kedua orang tua atau ibu bapak
B. Hukum birrul walidain
Para Ulama’ Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada kedua orang tua hukumnya adalah wajib, hanya saja mereka berselisih tentang ibarat-ibarat (contoh pengamalan) nya.
Berkata Ibnu Hazm, mudah-mudahan Allah merahmatinya:
Para Ulama’ Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada kedua orang tua hukumnya adalah wajib, hanya saja mereka berselisih tentang ibarat-ibarat (contoh pengamalan) nya.
Berkata Ibnu Hazm, mudah-mudahan Allah merahmatinya:
"Birul Walidain adalah fardhu (wajib bagi
masing-masing individu). Berkat beliau dalam kitab Al Adabul Kubra: Berkata Al
Qodli Iyyad: "Birrul walidain adalah wajib pada selain perkara yang haram."
Dalil-dalil Shahih dan Sharih (jelas) yang mereka
gunakan banyak sekali , diantaranya:
1.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
"Sembahlah Allah dan
jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada
kedua orang tua Ibu Bapak". (An Nisa’ : 36).
Dalam ayat ini
(berbuat baik kepada Ibu Bapak) merupakan perintah, dan perintah disini
menunjukkan kewajiban, khususnya, karena terletak setelah perintah untuk
beribadah dan meng-Esa-kan (tidak mempersekutukan) Allah, serta tidak
didapatinya perubahan (kalimat dalam ayat tersebut) dari perintah ini. (Al
Adaabusy Syar’iyyah 1/434).
2.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
"Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya". (QS. Al Isra’: 23).
Adapun makna ( qadhoo ) = Berkata Ibnu Katsir : yakni,
mewasiatkan. Berkata Al Qurthubiy : yakni, memerintahkan, menetapkan dan
mewajibkan.
Berkata Asy Syaukaniy:
"Allah memerintahkan untuk berbuat baik pada kedua orang tua seiring
dengan perintah untuk mentauhidkan dan beribadah kepada-Nya, ini pemberitahuan
tentang betapa besar haq mereka berdua, sedangkan membantu urusan-urusan
(pekerjaan) mereka, maka ini adalah perkara yang tidak bersembunyi lagi (perintahnya).
3. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
3. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
"Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang Ibu Bapanya, Ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Maka
bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku-lah
kembalimu." (QS. Luqman : 14).
Berkata Ibnu Abbas mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua "Tiga ayat dalam Al Qur’an yang saling berkaitan dimana tidak diterima salah satu tanpa yang lainnya, kemudian Allah menyebutkan diantaranya
Berkata Ibnu Abbas mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua "Tiga ayat dalam Al Qur’an yang saling berkaitan dimana tidak diterima salah satu tanpa yang lainnya, kemudian Allah menyebutkan diantaranya
C.
Kedudukan Birrul walidain.
Birrul walidain menempati kedudukan yang istiewa dalam ajaran islam. Ada
beberapa alasan yang membuktikan hal tersebut, antara lain:
1.
Perintah ihsan kepada ibu bapak diletakkan oleh Allah SWT di
dalam Al-Qur’an langsung sesudah perintah beribadah hanya kepada-Nya
semata-mata, atau sesudah larangan mempersekutukan-Nya.
2. Allah SWT mewasiatkan
kepada umat manusia supaya berbuat ihsan kepada orang tua.
3. Allah SWT meletakkan
perintah berterima kasih kepada ibu bapak langsung sesudah perintah berterima
kasih kepada Allah SWT.
4. Rosulullah SAW meletakkan
birrul walidain sebagai amala nomor dua terbaik sesudah sholat tepat pada
waktunya.
5. Rosulullah SAW meletakkan
Uququl walidain (durhaka kepada kedua orang tua) sebagai dosa besar nomor dua
sesudah syirik.
6. Rosulullah SAW mengaitkan
keridhoan dan kemarahan Allah SWT dengan keridhoan dan kemarahan orang tua.
Demikianlah Allah SWT dan
Rosul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa sehingga
berbuat baik kepada keduanya menempati posisi yanga sangat mulia, dan
sebaliknya, durhaka kepada keduanya menempati posisi yang sangat hina. Secara
khusus Alah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu
dalam mengandung , menyusui, merawat dan mendidik anaknya.kemudian bapak,
sekalipun tidak ikut mengandung dan menyusui, tetapi dia berperan besar dalam
mencari nafkah, membimbing, melindungi, membesarkan dan mendidik anaknya hingga
mampu berdiri sendiri bahkan sampai waktu yang tidak terbatas.
D. Bentuk-bentuk birrul walidain.
1.
Kesopanan Anak Kepada
Ibunya.
Tidak ada seorangpun
manusia, yang sudah menanggung sengsara, susah payah, dan sebagainya, lantaran
kita lebih dari ibu kita.
Besarnya kesusahan yang
telah ia rasai dari masa mengandung hingga menjadi kita anak yang bias hidup
sendiri itu tidak patut diceritakan dengan ringkas dan tidak harus
dipermudah-mudahkan.
Firman Allah :
Kami telah
wajibkan manusia berbuat kebaikan kepada ibu bapaknya.Ibunya telah
mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah pula. (Q.S.Al-Ahqof 15).
Oleh sebab itu besarnya
jasa seorang ibu dan tingginy derajatnya pandangan aqal dan agama, maka
berikanlah kepadanya tiap-tiap kesenangan yang bisa kita beri,karena ibu kita
adalah orang yang berhak atas kemampuan kita.Walau bagaimanapun juga kita
jangan pernah merasa bahwa kita sudah membalas jasanya ,karena biasanya seorang
ibu berharap supaya panjang umur anaknya,dan supaya anaknyalah yang menanam jenazahnya.Tetapi
biasanya anak memelihara ibu dengan terpaksa,merasa berat,terkadang menunjukkan
muka tidak senang dan menunjukkan kemarahan.
Hendaklah kita senantiasa dekat
dengan ibu kita dan jadikanlah dia sebagai sahabat kita.Dan janganlah kita
pergi dengan tanpa izinya,karena ada dalam suatu riwayat :
Yang artinya:
Ada seseorang yang meminta izin kepada rasulullah Saw.Hendak
ikut perang,maka Rasulullah bertanya:
apakah engkau mempunyai seorang ibu?’’ Jawabnya : ‘’Ada’’.Maka Rasulullah
bersabda : ‘’Jagalah ibumu, karena surga itu ada dibawah kaki ibu’ ( H.R.Ibnu
Majah ).
Menurut islam seorang anak
wajib menolong ibunya dalam hal keduniaan, walaupun ibunya pemeluk agama lain,
sekalipun penyembah berhala, karena ada dalam suatu riwayat yang artinya:
Telah berkata sitti asma’
binti abi bakar kepada Rasulullah SAW : ibu saya ( penyembah berhala ) datang kepada saya meminta pertolongan,
bolehkah saya menolong dia?, rasulullah menjawab, jangan engkau putuskan
hubungan dengan ibu mu.
2.
Kesopanan anak terhadap
bapaknya
Diantara
menjalankan kewajiban kepada ibu, kita tidak boleh melalaikan seorang bapak,
tapi kita wajib untuk menjaga perasaannya.
Sabda Nabi SAW, yang
artinya :
“Jagalah hubungan dengan ayahmu, dan janganlah engkau
putuskan (karena, jika engkau putuskan), niscaya Allah padamkan cahayamu,
(yaitu Allah jadikan kamu hina).” (H.R. Bukhari)
3.
Bentuk-bentuk umum birrul
Walidain
a. Mengikuti keinginan dan
saran orang tua dalam merbagai aspek kehidupan, baik masalah pendidikan ,
jodoh,pekerjaan maupiun masalah lainnya selama keingina dan saran tersebut
sesuai dengan ajaran islam. Apabila bertentangan atau tidak sejalan dengan
ajaran islam, anak tidaklah punya akewajiba untuk mematuhinya bahkan anak harus
menolaknya dengan cara yang baik seraya berusaha meluruskannya.
b. Menghormati dan memuliakan
kedua orang tua dengan penuh rasa terima kasih dan kasih saying atas jasa
keduanya yang tidak mungkin dinilai dengan apapun. Banyak cara untuk menunjukkan
rasa hormat kepada orang tua, antara lain memanggilnya dengan panggilan yang
menunjukkan hormat, berbicara dengan lemah lembut kepadanya, tidak mengucapkan
kata-kata kasar, member kabar tentang keadaan kita dan menanyakan keadaan
keduanya.
c. Membantu ibu bapak secara
fisik dan materiil.
d. Mendoakan ibu bapak semoga
diberi oleh Allah SWT keampunan, rahmat dan kasih sayang.
e. Setelah orang tua
meninggal dunia, birrul walidain masih dapat diteruskan dengan cara antara
lain:
·
Menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya.
·
Melunasi hutang-hutangnya
·
Melaksanakan wasiatnya
·
Meneruskan silaturahmi yang dibinany sewaktu masih hidup
·
Memuliakan sahabat-sahabatnya dan Mendoakannya
4. Keutamaan Birrul Walidain
1. Termasuk Amalan Yang Paling Mulia
Dari Abdullah bin Mas’ud mudah-mudahan Allah meridhoinya dia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: Apakah amalan yang paling dicintai oleh Allah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: "Sholat tepat pada waktunya", Saya bertanya : Kemudian apa lagi?, Bersabada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam "Berbuat baik kepada kedua orang tua". Saya bertanya lagi : Lalu apa lagi?, Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : "Berjihad di jalan Allah". (Diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim).
1. Termasuk Amalan Yang Paling Mulia
Dari Abdullah bin Mas’ud mudah-mudahan Allah meridhoinya dia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: Apakah amalan yang paling dicintai oleh Allah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: "Sholat tepat pada waktunya", Saya bertanya : Kemudian apa lagi?, Bersabada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam "Berbuat baik kepada kedua orang tua". Saya bertanya lagi : Lalu apa lagi?, Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : "Berjihad di jalan Allah". (Diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim).
2. Merupakan Salah Satu Sebab-Sebab Diampuninya Dosa
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman (artinya): "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya….", hingga akhir ayat berikutnya : "Mereka itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga. Sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan
Kepadamereka." (QS.AlAhqaf15-16)
Diriwayatkan oleh ibnu Umar mudah-mudahan Allah meridhoi keduanya bahwasannya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan berkata : Wahai Rasulullah sesungguhnya telah menimpa kepadaku dosa yang besar, apakah masih ada pintu taubat bagi saya?, Maka bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Apakah Ibumu masih hidup?", berkata dia : tidak. Bersabda beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Kalau bibimu masih ada?", dia berkata : "Ya" . Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Berbuat baiklah padanya".(Diriwayatkan oleh Tirmidzi).
Diriwayatkan oleh ibnu Umar mudah-mudahan Allah meridhoi keduanya bahwasannya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan berkata : Wahai Rasulullah sesungguhnya telah menimpa kepadaku dosa yang besar, apakah masih ada pintu taubat bagi saya?, Maka bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Apakah Ibumu masih hidup?", berkata dia : tidak. Bersabda beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Kalau bibimu masih ada?", dia berkata : "Ya" . Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Berbuat baiklah padanya".(Diriwayatkan oleh Tirmidzi).
3.
Termasuk sebab masuknya seseorang ke surga.
Dari Abu Hurairah, mudah-mudahan Allah meridhoinya, dia berkata : Saya
mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: "Celakalah dia,
celakalah dia", Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya : Siapa
wahai Rasulullah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam :
"Orang yang menjumpai salah satu atau kedua orang tuanya dalam usia lanjut
kemudian dia tidak masuk surga". (Diriwayatkan
oleh Imam Muslim).
Dari Mu’awiyah bin Jaahimah mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua, Bahwasannya Jaahimah datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam kemudian berkata : "Wahai Rasulullah, saya ingin (berangkat) untuk berperang, dan saya datang (ke sini) untuk minta nasehat pada anda. Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : "Apakah kamu masih memiliki Ibu?". Berkata dia : "Ya". Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Tetaplah dengannya karena sesungguhnya surga itu dibawah telapak kakinya". (Hadits Hasan diriwayatkan oleh Nasa’i dan Ahmad).
Dari Mu’awiyah bin Jaahimah mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua, Bahwasannya Jaahimah datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam kemudian berkata : "Wahai Rasulullah, saya ingin (berangkat) untuk berperang, dan saya datang (ke sini) untuk minta nasehat pada anda. Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : "Apakah kamu masih memiliki Ibu?". Berkata dia : "Ya". Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Tetaplah dengannya karena sesungguhnya surga itu dibawah telapak kakinya". (Hadits Hasan diriwayatkan oleh Nasa’i dan Ahmad).
4. Merupakan Sebab keridhoan Allah
Sebagaiman hadits yang
terdahulu "Keridhoan Allah ada
pada keridhoan kedua orang tua dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan kedua orang
tua".
5. Merupakan Sebab Bertambahnya Umur
Diantarnya hadit yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik mudah-mudahan Allah meridhoinya, dia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : "Barangsiapa yang suka Allah besarkan rizkinya dan Allah panjangkan umurnya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahim".
BAB III
PENUTUPAN
A.
Kesimpulan
Dapat
disimpulkan bahwa Birrul Walidain adalah perwujudan prilaku atau tindakan
seorang anak terhadap kedua orang tuanya sesuai dengan tuntunan yang tertera
dalam al-qur’an dan hadist. Maka dari itu setelah kita mengetahui keutamaan
dari birrul walidain, patutlah kita untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari
– hari, agar kita mendapat ridho kedua orang tua kita. Karena ridho Allah
tergantung kepada ridho kedua orang tua kita.
B.
Kritik dan saran
Dalam penulisan makalah ini kami
merasa belum mendekati makalah yang sempurna dalam pengerjaannya atau bahkan
jauh dari sempurna. Maka dari itu demi penyempurnaan makalah ini kami
membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi sempurnanya makalah ini suatu hari nanti
agar dapat digunakan sebagai mana mestinya dan memberi manfaat bagi yang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Masyhur,
Kahar. 1986. Meninjau Berbagai Ajaran :
Budi Pekerti ./ Etika Dengan Ajaran Islam. Jakarta : Kalam Mulia
Hasan,
A. 1981. Kesopanan Tinggi. Bandung :
Diponegoro
No comments:
Post a Comment