Thursday 14 May 2015

Hal yang tidak ditemukan di Indonesia ketika di Thailand.



Thailand, ini hari ke 20 kaki ini berada dibagian dari Negara Gajah Putih itu. Namun yang tampak hanya burung gagak. Dari sejak dimalaysia sampai disini sepertinya burung Gagak memang banyak. Umumnya dari seseorang yang mendapati lingkungan baru, mereka akan melihat perbedaan. meskipun sebetulnya yang dicari adalah persamaan. Bisa jadi pula seseorang yang mendapati lingkungan baru akan mendapatkan masalah dalam menyesuaikan diri. Cultural Shocking adalah salah satunya. Banyak dari mereka mendapatkan hal ini dalam hal rasa makanan, bahasa dll.
        Pagi ini, sekolah kami (resmi menjadi bagian), Suksasat School yang terletak di Kaophra, district Songkhla, Thailand mulai aktif. KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang kini mulai dijalankan. Beberapa minggu sebelumnya sudah melakukan perkenalan dengan guru guru lokal, jadi tidak ada alasan lagi untuk mengulangi masa perkenalan. Pun begitu juga dengan siswa baru, satu minggu sebelum KBM resmi, siswa baru mulai memperkenalkan diri dengan sekolah yang ketika itu didampingi oleh orang tua masing-masing. Suasana pagi ini sedikit membuyarkan ingatan tentang suasana sekolah yang ada di Indonesia. Bukan tentang SDM, karena dimana saja semua SDM dalam sebuah sekolah pasti sama. Ada guru (Khun Khru) ada juga siswa-siswi (Nak Rian) dan juga ada kepala sekolah (Po O). Itulah kiranya unsur SDM yang setidaknya harus ada seperti yang ditampilkan Andrea Hirata dalam laskar pelangi, meskipun bisa jadi seorang kepala sekolah menjabat juga sebagai guru kelas atau mata pelajaran. Semua sama entah itu di Indonesia ataupun di Thailand. Yang membuat mata ini tercengang adalah:

1.       Tradisi Rotan.
Tradisi ini masih dijalankan disetiap sekolah. Bahkan sepertinya rotan merupakan benda kesayangan setiap guru dan juga sekaligus benda yang sangat ditakuti oleh siswa dan siswi seperti layaknya benda keramat yang membunuh. Sekolah ini, merupakan tempat pertama kali saya meelihat seorang guru membawa rotan kecil setiap masuk kedalam kelas. Pernah saya bertanya, bagaimana dengan seorang guru “Bang, ini ape? Karena kebetulan guru yang satu ini bisa berbahasa melayu, khususnya melayu ke-Indonesia-an. Lalu dia menjawab dan bercerta bahwa “Ini merupakan senjate ampuh buat die budak yang nakal, yang tak bule didiamkan dengan mulut je. Kau tak kan liat adab ni di Indo, kerene ni hanye ade di Thailand je. Benar saja, inni pertama kali saya mellihat seorang guru dengan rotan andalannya. Lalu ia kembali bercerita bahwa, dulu ada seorang guru dari Indonesia yang diberi kewenangan untuk menggunakan rotan. Namun dengan tegas ia menolak lantaran di Indonesia tidak mengenal tradisi semacam ini. Jujur saja, saya sedikit kaget memang mengingat kerasnya pukulan nyang dihasilkan oleh benda itu. Namun inilah sebuah tradisi. Tradisi yang telah lahir sejak jaman nenek moyangnya dahulu.
2.       Bedak atau pupur.
             Bedak yang umumnya dipakai untuk menjaga kulit terutama bayi. Bedak juga dipakai oleh kalangan wanita. Begitu tradisi yang ku kenal selama di Indonesia. Meskipun ada yang lelaki yang memakai bedak namun rasanya merupakan hal yang aneh ketika diperlihatkan secara mencolok. Berbeda dengan Thailand, pertama kali saya masuk ke Negeri Gajah Putih ini seorang lelaki tua memperkenalkan saya dengan tradisi ini melelui lehernya yang dipenuhi bedak. Pernah saya berpikir barangkali lehernya sedang mengalami iritasi atau sejensnya, namun ternyata bukan, karena selang beberapa menit lelaki tua yang lain juga mengenakan bedak dileher bagian belakang. Lalu datang lagi lelaki lelaki yang lainnya. Pernah saya bertanya “ni arai?” (ini apa?). lalu dengan penjelasan panjang lebar menggunakan bahasa kebanggannya ia menjelaskan “disini musim panas, jadi kebanyakan dari kami menggunakan ini setelah pulang dari bekerja” benar saja, melihat perputaran musim yang memiliki 3 musim, musim panas merupakan musim mematikan dithailand. Karena sangat sulit ditemukan orang orang keluar rumah disiang hari terutama ditengah hari. Sehingga jika memang terpaksa keluar seperti bekerja (mayoritas ditempat saya tinggal adalah petani karet) mereka akan sangat merasakan panas yang berlebihan.
             Tradisi bedak ini diperkuat setelah hari ini, masuk sekolah dimulai. Ada beberapa barang yang tak biasa saya lihat di Indonesia. Dalam setiap kelas, Guru kelas atau wali kelas membagikan bedak kepada siswa siswi setelah instirahat ditengah hari dan sholat dzuhur. Dengan sangat teliti seorang guru kelas yang ketika itu adalah seorang guru lelaki membagikan bedak untuk mekudian digunakan dipipi dan leher. Sedikit risih buat saya karena ketika itu jam pelajaran saya (Bahasa Inggris) sudah dimulai namun mereka masih menggunakan bedak dan sibuk dengan pembagian bedaknya. Namun disisi lain sangat terhibur melihat polosnya siswa dan siswi menggunakan bedak secara sembarangan dan dengan bentuk yang tidak beraturan.  Sambil tertawa mereka saling membubuhi bedak diwajah temannya. Sehingga sangat memungkinkan pakain mereka kotor oleh bedak.
3.    Salaman
            Salaman, merupakan tradisi islami, dimana saja salaman selalu menggunakan tangan. Tidak dengan menggunakan kaki, karena semua pojok dunia akan mengatakan tidak sopan ketika salama menggunakan kaki. Yang membedakan dengan Indonesia dan (mungkin) negara lain ialah cara melepas salaman. Umumnya kita akan menemukan ketika setelah salaman orang pasti meletakkan tangannya kembali di dada. Atau ketika anak kecil sedang menyalami orang tua mereka akan mencium tangan orang yang lebih tua yang mereka salami.
             Ketika dimasjid, pernah sekali saya menyalami orang yang lebih tua kemudian saya mengisyaratkan hendak mencium tangannya, dengan sangat cepat dia menarik tangannya. Sambil tersenyum ia bertanya kepada saya “khun ma cak Indo?”  lalu saya jawab “khab”  yang artinya saya meng-iya-kan pertanyaannya. Kemudian dia tersenyum kembali. Dengan seribu tanda tanya di kepala saya, saya akhirnya ikut tersenyum.
            Pagi ini, ratusan siswa datang, satu persatu mereka menyalami saya dan menambah keyakinan bahwa apa yang saya lakukan dimasjid kala itu kurang tepat. Dengan rasa hormat siswa-siswi menunduk ketika berada didepan saya lalu menyalami. Dan yang berbeda adalah setelah salaman mereka meletakkan telapak tangan mereka dimuka. Bagaikan orang yang sedang wudhu (meraup air dimuka). Lalu dalam hati saya bertanya “apakah saya sudah cuci tangan tadi pagi?” lalu muncul lagi “bagaimana jika saya habis makan Jengkol lalu lupa cuci tangan? Mungkin muka mereka juga akan dipenuhi aroma jengkol.” Entahlah. :-D  

Tunggu yang selanjutnya

No comments:

Post a Comment

Pigura